Judul Praktikum :
Sistem Reproduksi Betina
Tanggal praktikum :
18 Februari 2016
Praktikum ini
akan mempelajari anatomi sistem reproduksi balk bagian eksterna maupun
interna, siklus estrus, serta indeks gonadosomatik (GSI) pada tikus betina.
|
Tujuan
praktikum :
Pendahuluan
Pada
praktikum kali ini masi mengamati tentang reproduksi, tetapi kali ini kita
mengamati sistem reproduksi pada betina, untuk percobaannya kita menggunakan
tikus betina, mengapa kita menggunakan tikus, karena tikus adalah hewan mamalia
yang cukup besar, dan tikus betina bisa mewakilkan dari hewan mamalia lainnya,
dan di antaranya yang akan di amati adalah bagian eksterna dan bagian interna
pada tikus betina.
Organ
reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium dan
hormon – hormon kelamin betina. Organ – organ sekunder atau saluran reproduksi
terdiri dari gonad atau ovarium, saluran – saluran reproduksi, dan alat kelamin
luar (Partodiharjo, 1992).
1.
Organa kelamin
primer Ovarium
Ovarium merupakan alat reproduksi
betina yang berfungsi menghasilkan ovim (sel telur) dan menghasilkan hormon
esterogen dan progesteron, perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur
oleh hormon – hormon yang berasal dari dasar otak di dalam kepala. Bentuk
ovarium berbeda menurut spesies hewan (Frandson, 1986).
2.
Organa kelamin
primer Oviduct
Oviduct (saluran telur) dan kadang –
kadang di sebut tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan
membentang dari cornu uteri kearah dinding lateral pelvis (Farrer, 1996).
3.
Uterus
Adalah organ yang tebal, berotot,
berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis, antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan (pearce, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi
konseptus (zigot yang telah berkembang
menjadi embrio). Uterus mengalami serangkaian perubahan selama berahi (estrus)
dan daur reproduksi. Pada kebanyakan
spesies, uterus terdiri dari kornua bilateral yang di hubungan dengan tuba
uterina, corpus dan cervix yang berhubungan dengan vagina (Dellman 1992).
4.
Cervix
Cervix atau leher atau leher uterus
berdindig tebal karena berotot dan banyak mengandung serabut elastik. Mukosa –
sub mukosa membentuk lipatan primer tinggi dan berlanjut dengan lipatan
sekunder dan tersier. Lipatan tersebut sering memberikan kesan salah pada
kelenjar uterus tidak menjulur dalam cervix pada kebanyakan spesies, dan elemen
kelenjar yang terdapat pada cervix kebanyakan bersifat musigen (Dellman 1992).
5.
Vagina
Merupakan buluh berotot yang
menjulur dari cervix sampai vestibulum. Lipatan memanjang rendah dari mukosa –
submukosa terenttang sepanjang vagina. Lipatan melingkar yang penting juga
terdapat di bagian carnial vagina, variasi daur tampak pada tinggi serta
struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir vagina selama berahi terutama
berasal dari cerfix. Epitel yang mengalami kornifikasi yang neluas erupakan
gejala berahi. Proese ekstendifikasi sangat jelas pada karnivora dan rodensia,
tidak terjadi secara nyata pada manusia, mungkin karena pengeluaran esteroggen
yang rendah pada jenis ruminansia pada umumnya (Dellman 1992).
6.
Vulva
Vulva merupakan bagian ekstena, yang
terdiri dari vestibulum merupakan bagian saluran kelamin betina yang berfungsi
sebagai saluran reproduksi dan urinaria (Widayati et, al, 2008).
7.
Clitoris
Mengandung erectile tissue sehingga
bereaksi dan banyak mengandung ujung syaraf perasa. Syaraf ini memegang peranan
penting ada waktu kopulasi. Clitoris breaksi pada hewan yang sedang esturs,
tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada
spesies (Widayati et, al, 2008).
Bertujuan untuk mengetahi organ
reproduksi betina dari bentuk, ukuran dan bentuk anatomis dari bagian – bagian
organ kelamin betina serta mengetahui fungsi dari masing – masing bagian
tersebut.
Kegunaannya adalah agar dapat
mengenal dan mengetahui letak, fungsi dan bentuk dari masing – masing bagian
organ kelamin betina serta mengetahu uukuran dari masing – masing bagian.
Metode
Dengan menggunakan tiukus betina, pertama bius tikus
nya sampai setengah sadar menggunakan eter, ktika tikus sudah setengah sadar
kemudian timbang tikus di timbangan digital, catat berat tikus betinanya, lalu
amati bagian sistem reproduksi bagian betina di papan bedah, ketika selesai di
amati bagian eksterna nya lanjut untuk preparasi apusan vaguna, langkah yang
harus dilakukan yaitu pertama ambil larutan NaCl dengan menggunakan pipet, lalu
masukan larutan tersebut kedalam vagina, setelah itu semprotkan larutan NaCl
tersebut lalu kocok – kocok pipet di dalam vagina hingga di peroleh cairan, dengan
cara, setelah di kocok – kocok oleh pipet lalu cariran di ambil dengan
menggunakan pipit yang di gunakan untuk emgnocok yang tadi, kemudian teteskan
cairan yang di dapat tadi pdada kaca objek lalu keringkan di atas bunsen,
setelah kering kemudian tetesi larutan metilen blue sebanayak 2 (dua) tetes,
setelah di tetesi metilen blue diamkan selama 10 (sepuluh) menit, setrelah itu
simpan di bawah aliran air terakhir amati di bawah mikroskop.
Kemudian untuk menentukan penentuan
GSI, langkah yang pertama lakukan pembedahan pada tikus, apabila tikus masi
hidup potong jantung tikus, lanjutkan pembedahan, setelah di bedah ambil organ
dalam tikus seperti usus dan lainnya, tetapi harus hati – hati agar ovarium
tidak ikut terambil dan menyatu dengan organ lainnya, kemudian amati bagian
ovarium, setelah di amati ambillah atau angkat kedua ovarium lalu timbang di
timbangan di timbangan digital, setelah di timbang, lakukan penghitungan GSI
dengan rumus:
Hasil Pengamatan
No
|
Gb. Tangan
|
Gb. Dokumentasi
|
Literatur
|
Ket.
|
![]()
Proestrus
|
![]()
(Wiwi isnaini 2006)
|
Anatomi ovum
Pembawa materi genetik yang siap di
buahi oleh sperma
|
||
![]() ![]()
Vulva
|
![]()
http://googl/vucqdz
|
Vulva
merupakan bagian ekstena, yang terdiri dari vestibulum merupakan bagian
saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai saluran reproduksi dan urinaria
|
||
![]() ![]()
Ovarium
|
![]()
(http//:goo.gl/GY6MIZ: di akses jam 23:25
|
Ovarium
merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi menghasilkan ovim (sel telur)
dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron, perkembangan ovarium pada
masa reproduksi diatur oleh hormon – hormon yang berasal dari dasar otak di
dalam kepala.
|
||
![]()
Tuba valopi
|
Saluran ini terdapat pada setiap sisi
uterus dan membentang dari cornu uteri kearah dinding lateral pelvis
|
|||
![]()
Uterus
|
![]()
(http//:goo.gl/GY6MIZ: di akses jam 23:25
|
organ
yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis, antara
rektum di belakang dan kandung kencing di depan (pearce, 1995). Uterus
merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio).
|
||
![]() ![]()
Vagina
|
Merupakan buluh berotot yang menjulur
dari cervix sampai vestibulum. Lipatan memanjang rendah dari mukosa –
submukosa terentang sepanjang vagina.
|
Pembahasan
Pada praktikum sistem reproduksi betina, dengan menggunakan
seekor tikus pada setiap kelompoknya sebagai uji coba untuk melihat sistem
reproduksinya, pertama kami mengamati bagian morfologi pada tikus betina, mulai
dari puting tikus betina sampai vulva pada bagian eksterna, tetapi pada puting
kami tidak berhasil menemukan puting pada tikus betina karena kemungkinan besar
tikus betina masih kecil sehingga putingnya sangat kecil, tetapi vulva sangat
jelas sekali, setelah mengamati morfologinya, kami mengambil cairan vagina untuk
melihat fase – fasenya dan kami mendapatkan yaitu pada tikus betina yang kami
amati adalah fase proestrus, ada pula untuk mencegah atau pencegahan terjadinya
pembuahan dengan operasi kecil dengan memotong atau mengikat salah satu bagian
atau saluran yang di lalui sel telur atau menghambat pertumbuhan ovum dan
spermatozoa, dan saluran yang berkaitann dengan saluran dengan istilah
ovariektomi, dan tubektomi, serta superovulasi yaitu saluran tuba falopi
(oviduct). Pada siklus estrus di bagi menjadi 4 fase yaitu
1.
Proestrus
Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya
progesteron dan melanjut terjadinya fase estrus selama 1 – 3 hari. Akibat
kehilangan hambatan progesteron GnRH meningkatkan dan meningkatkan stimulasi LH
dan FSH. FSH menyebabkan maturasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang
tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel – sel granulosa dan sel intra theka
interna. Fase ini dianggap fase penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium
dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningktnya cairan
folikel yang berisi cairan estregonik. Esterogen yang diserap dari folikel
kedalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel
genital dalam persiapan birahi dan kehamilan yang terjadi.
2.
Estrus
Estrus di definisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif
jantan dan membiarakan kawin atau terjadi ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan
tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang
ada di situ mengalami pemasakan. Estrus berakhir pada saat pecahnya folikel
ovari atau terjadinya ovulasi.
3.
Metestrus
Yaitu diman fase pasca ovulasi dimana corpus liteum berfungsi.
Panjangnya metestrus dapat terggantung panjangnya LTH (Leutropik Hormon) yang di sekresi oleh adenohipofisis. Selama ini terdapat
penurunan esterogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari.
4.
Diesturs
Periode terlama pada siklus berahi. Korpus luteum menjadi matang
dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Pada
penelitian yang saya baca dalam jurnal
yaitu :
hormon dan
ukuran tebal endometrium uterus mencit selama satu siklus estrus disajikan pada
tabel 01. Tabel 01. Hubungan antara kadar estradiol 17-β dan tebal endometrium
uterus mencit
selama satu
siklu sestrus Kandungan hormon Estradiol 17-β sepanjang siklus estrus
menunjukkan perubahan yang berjalan seiring dengan dicapainya perubahan fase
dalam siklus estrus. Fase folikular yaitu fase diestrus sampai fase proestrus
ditandai dengan kenaikan hormon estradiol. Kandungan hormon saat fase diestrus
mencapai 8,2 pg/mL sedangkan pada fase proestrus mencapai 38,4 pg/mL. Fase
luteal, yaitu fase estrus dan metestrus ditandai dengan kandungan hormon yang
menunjukkan penurunan, yaitu 26,5 pg/mL dan 8,43 pg/mL.
Hasil penelitian ini menunjukkan
pola fluktuasi yang relatif sama dengan hasil penelitian Chateu dan Boehm
(1995) yang dilakukan pada tikus. Kandungan hormon estradiol pada tikus selama
fase proestrus dan estrus masing-masing 45 pg/mL dan 15 pg/mL. Perbedaan angka
hasil pengukuran ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan titik pengamatan.
Hal tersebut dapat terjadi karena fase penyusun siklus estrus pada fase
folikular berlangsung singkat (Taylor, 1994) sehingga perbedaan waktu
pengamatan yang relatif kecil memungkinkan hasil pengukuran yang berbeda.
Hasil penelitian Chateu dan Boehm
(1995) pada fase metestrus dan diestrus relatif sama dengan hasil penelitian
ini, yaitu berkisar 6 – 8 pg/mL. Hal ini dapat terjadi karena fase metestrus
dan diestrus berlangsung relatif lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari,
sehingga perbedaan titik pengamatan relatif tidak menunjukkan perbedaan hasil
yang nyata (jurnal Hubungan
Kadar Hormon Estradiol 17 – β : 41 – 42).
Masa
estrus ditandai dengan banyaknya sel superfisial pada sediaan ulas vagina yang disajikan
pada Gambar 1B. Banyaknya sel superfisial merupakan respons terhadap
meningkatnya kadar estrogen
menjelang
ovulasi (Marcondes et al., 2002). Hasil pengamatan menunjukkan enam dari
sepuluh ekor tikus memperlihatkan siklus estrus normal yang berlangsung selama
4-5 hari. Keempat tikus yang tidak memperlihatkan siklus normal, yaitu T7, T8,
T9, dan T10 mengalami fase non-estrus yang berkepanjangan, yaitu selama 192 jam
atau sekitar 8 hari berturut-turut. Dari penelitian terdahulu, disebutkan bahwa
fase estrus normal terjadi selama 24-30 jam atau sekitar 1 hari dan fase
non-estrus selama 90 jam atau sekitar 4 hari dalam satu siklus (Nalley et al.,
2011). Terganggunya siklus estrus kemungkinan disebabkan tikus mengalami stres
sehingga memengaruhi respons fisiologis.
Hasil analisis hormon
progesteron sampel darah selama tiga siklus estrus berupa spektrum inframerah
terdiri atas frekuensi atau bilangan gelombang (cm-1) pada sumbu X, nilai
absorbansi (%) pada sumbu Y, dan sebuah kurva yang terdapat sepanjang bilangan
400-4000 cm-1. Identifikasi progesteron ditentukan berdasarkan gugus fungsi
spesifiknya melalui spektrum hasil analisis inframerah. Gugus fungsi yang
menandai keberadaan progesteron yaitu gugus keton, gugus metil, dan gugus metil
keton (Jurnal Kedokteran Hewan, maret 2013 : 33 – 34).
Hasil pemeriksaan apusan vagina selama 12 hari diperoleh
20 ekor tikus betina yang memenuhi persyaratan, yaitu yang memiliki siklus
estrus relatif pendek selama 4-5 hari. Dari 20 ekor tikus betina diambil 15
ekor yang kemudian dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dengan jumlah anggota
kelompok masingmasing 5 ekor. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang
berbeda. Kelompok I sebagai kelompok kontrol, diberi suspensi PGA 5%.Kelompok
ke II diberi sediaan dosis I sebesar 1 g/kg BB. Kelompok ke III diberi sediaan
dosis II sebesar 0,5 g/kg BB.
Hasil antiimplantasi
Pemberian ekstrak pada
ketiga kelompok perlakuan tersebut dimulai dari fase diestrus sampai dengan
hari ke-7 kehamilan. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
implantasi pada saat laparatomi dengan jumlah anak yang dilahirkan (Majalah Ilmu Kefarmasian, April 2010 :
5).
Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa kesehatan fisik dan fungsi seksual wanita
tubektomi lebih rendah dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi. Sedangkan
kesehatan mental tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut.
Gabungan analisis ketiga dimensi tersebut yang disebut kualitas hidup, wanita
tubektomi lebih rendah kualitas hidupnya dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa skor pembatasan peranan fisik pada wanita tubektomi lebih rendah
dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi. Demikian halnya skor total kesehatan
fisik wanita tubektomi lebih rendah dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi.
Rendahnya skor kesehatan fisik pada wanita tubektomi disebabkan
ketidakseimbangan hormon akibat tindakan bedah tubektomi. Para peneliti
berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena oklusi tuba menyebabkan suatu
keadaan hipertensi lokal pada ovarium akibat adanya manifestasi tekanan akut
dalam pembuluh darah arteri utero-ovarium sehingga mengganggu suplai darah dari
arteria uterina ke ovarium (Lethbridge; 2001). Gangguan suplai darah arteri ke
ovarium akan mengurangi produksi FSH dan LH sehingga mengakibatkan
ketidakseimbangan hormon. Produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium
tergantung pada pasokan darah. Salah satu fungsi darah adalah membawa oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh, dan dalam hal ini oksigen diperlukan untuk
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Untuk menghasilkan estrogen,
diperlukan oksigen lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menghasilkan
progesteron. Jadi, jika terdapat gangguan suplai darah utero-ovarium maka
suplai oksigen juga terganggu sehingga mengakibatkan produksi hormon terutama
estrogen terganggu (Cattanach; 2001) (GASTER, Agustus 2012: 66)
KESIMPULAN
Dalam praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa kita
bisa mengetahui tentang saluran reproduksi mulai dari puting, vulva pada bagian
eksterna, lalu pada bagian interna yaitu ovarium, oviduct, uterus, dan Vagina.
Pada tikus yang di amati bahwa tikus betina sedang dalam fase proesturs karena
masih berkembang. menunjukkan
bahwa skor pembatasan peranan fisik pada wanita tubektomi lebih rendah
dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi. Demikian halnya skor total kesehatan
fisik wanita tubektomi lebih rendah dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi.
Rendahnya skor kesehatan fisik pada wanita tubektomi disebabkan
ketidakseimbangan hormon akibat tindakan bedah tubektomi. Para peneliti
berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena oklusi tuba menyebabkan suatu
keadaan hipertensi lokal pada ovarium akibat adanya manifestasi tekanan akut
dalam pembuluh darah arteri utero-ovarium sehingga mengganggu suplai darah dari
arteria uterina ke ovarium. Gangguan suplai darah arteri ke ovarium akan
mengurangi produksi FSH dan LH sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan hormon.
Produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium tergantung pada pasokan darah.
Salah satu fungsi darah adalah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,
dan dalam hal ini oksigen diperlukan untuk menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron.
DAFTAR
PUSTAKA












No comments:
Post a Comment