Laporan Hasil Praktikum Embriologi
Spermatogenesis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas Praktikum Pada
Mata Kuliah
“Embriologi”
Disusun oleh:
Nurali Efendi 1132060055
Pendidikan Biologi/ VI B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
JURNAL PRAKTIKUM EMBRIO
Judul praktikum :
Spermatogenesis
Tanggal praktikum :
03 Maret 2016
PENDAHULUAN
Pada
praktikum ke-5 yang telah kami lakukan yaitu membahas tentang spermatogenesis,
atau proses pembentukan sperma yang terjadi dalam testis dan akan disalurkan ke
saluran reproduksi pada jantan/laki-laki. Praktikum ini tidak memakai hewan
percobaan, tetapi kami menggunakan preparat dari beberapa organ reproduksi
jantan, seperti preparat penis melintang/ membujur, preparat testis dll.
Menurut Adnan (2008), spermatogenesis
berlangsung didalam testis. Tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses
ini berlangsung mulai dari dinding tepi sampai lumen tubulus seminiferus yang
tersusun atas dua komponen utama yaitu sel somatik berupa sel sertoli dan sel
germa. Tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah
sebagai berikut :
1. Spermatogonium : Ukuran relative
kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet
didekat/melekat membran basalis.
2. Spermatosit I : Ukuran paling besar,
bentuk ulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dari membran basalis.
3. Spermatosit II : Ukuran agak kecil (½
x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi
membran basalis (mendekati lumen).
4. Spermatid : Ukuran kecil, bentuk agak
oval, warna inti kuat, kadang-kadang pignotis, letak didekat lumen.
5. Spermatozoid : Spermatozoa muda
melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat didalam lumen.
Spermatogenesis dimulai dengan
pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit
primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar
yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama
besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian besar
protoplasma merupakan gamet dewas dengan sejumlah kromosom haploid . suatu
proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan
pembelahan sel, mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsiolnal (Ville,
1984).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon
steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron disintesis oleh sel-sel
intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara
tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus,
ia merangsang spermatogenesis.produksi testosterone oleh sel leydig diatur oleh
hormon gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan
Inteticial Cell Simulating Hormone (ICSH) (Adnan, 2008).
Adapun tujuan kami melakukan praktikum
ini yaitu mempelajari perkembangan atau diferensiasi sel sperma, komponen sel
somatik yang berperan dalam proses spermatogenesis, kompartemen testis, serta
asosiasi sel dan siklus epitelium seminiferus, dan manfaat yang bisa kita ambil
adalah bisa digunakan untuk analisis dan diagnosis testis serta korelasinya
dengan tingkat fertilitas hewan jantan.
METODE
Preparat yang kami gunakan adalah
preparat dari sayatan seri orga reproduksi tikus jantan, yaitu preparat penis
melintang, penis membujur, testis gland mamalian, kelenjar mamalia, testis 38,
spermatozoa, testis epididimis, testis 501_1. Langkah kerjanya adalah siapkan
peralatan seperti mikroskop dan preparat yang akan digunakan . Selanjutnya
amati preparat penis melintang dibawah mikroskop, dan dokumentasikan. Lakukan
langkah yang sama sampai termaati semua preparat yang ada.
Adapun alat bahan yang kami pakai dalam
praktikum yaitu mikroskop, dan 8 macam preparat, preparat penis melintang,
penis membujur, testis gland mamalian, kelenjar mamalia, testis 38,
spermatozoa, testis epididimis, testis 501_1.
HASIL PENGAMATAN
|
No.
|
Gambar Tangan
|
Gambar
mikroskop
|
Gambar
literatur
|
Keterangan
|
|
1.
|
Penis
melintang
|
![]()
Perbesaran
10 x 4
|
|
Potongan
melintang penis
|
|
2.
|
Penis membujur
|
![]()
Perbesaran 6 x
10
|
|
Potongan
membujur penis
|
|
3.
|
Testis gland
mamalia
|
![]()
Perbesaran 10
x 4
|
|
Kelenjar
kelamin jantan
|
|
4.
|
Kelenjar
testis mamalia
|
![]()
Perbesaran 6 x
4
|
|
Kelenjar pada
testis jantan
|
|
5.
|
Testis 38
|
![]()
Perbesaran 10
x 4
|
|
Sayatan/
preparat 38, sayatan testis secara membujur
|
|
6.
|
Spermatozoa
|
![]()
Perbesaran 15
x 10
|
|
Preparat
spermatozoa jantan
|
|
7.
|
Testis
epididmis
|
![]()
Perbesaran 6 x
4
|
|
Sayatan
epididimis pada testis jantan
|
|
8.
|
testis 501_1
|
![]()
Perbesaran 15 x 10
|
|
Preparat 501_1
sayatan melintang testis
|
PEMBAHASAN
Pada tabel hasil pengamatan telah
disajikan data gambar tentang preparat organ reproduksi pada jantan, contohnya
ada penis, testis, epididimis dan kelenjar organ reproduksi jantan. Tentu saja organ-organ
tersebut saling berhubungan satu sama lain, penjelasanya sebagai berikut.
Spermatogenesis merupakan pembentukan
spermatozoa dari spermatogonia (spermatogenesis) yang berlangsung pada epitel
germinal. Pembentukan spermatozoa terbagi kedalam tiga tahapan yaitu
spermatosiotogenesis, meiosis dan spermatogenesis (yatim, 1996). Proses
spermatogenesis merupakan sebuah proses yang melalui pembelahan dan
deferensiasi sel yang meliputi pembentukan sel spermatosit primer dan sekunder
dan pembentukan spermatozoa. Spermatogenesis ini dikendalikan oleh hormon FSH
dari adenihypophysa, dan dibawah pengaruh hormon testosterone serta LH
(toelihere, 1977). Spermatogenesis terjadi secara tidak langsung pada tubulus
seminiferi yang berada didalam testis, sehingga peristiwa tersebut disebut daur
epiter seminifer. Hal ini diawali dengan proses spermatosiotogenesis,
pembelahan meiosis kemudian berakhir dengan spermiasi (dilepaskannya
spermatozoa kedalam lumen tubulus) (yatim, 1996).
Fase perbanyakan sel :
Bakal sel kelamin jantan memperbanyak
diri secara mitosis, dan menghasilkan spermatogonium. Periode ini berlangsung
di dalam stadium embrio. Kemudian selanjutnya di dalam testis. (Tatang
Djuhanda. 1981).
Fase Tumbuh:
Di dalam testis spermatogonium akan
tumbuh menjadi bertambah besar. Dinamakan spermatosit I / spermatosit primer,
kemudian mempersiapkan diri untuk pematangan. (Tatang Djuhanda. 1981).
Fase pematangan
Pada periode pematangan, terjadi
pembelahan meiosis untuk mendapatkan gamet yang haploid. Di dalam tubulus seminiferus
dari testis spermatosit I mengalami pembelahan meiosis I. (Tatang Djuhanda.
1981). Dari satu spermatosit I akan menghasilkan dua spermatosit II dan
nantinya akan mengalami pembelahan meiosis II dan masing-masing menghasilkan
dua spermatid. Kemudian spermatid akan berdiferensiasi dan berubah bentuk
(transformasi) menjadi spermatozoid. (Tatang Djuhanda. 1981).
Spermatogonium berukuran relatif kecil,
berbentuk agak oval, intinya berwarna kurang terang, terletak berderet didekat
atau melekat membrana basalis. Spermatosit I berukuran paling besar, berbentuk
bulat, intinya berwarna kuat, dan letaknya agak menjauh dengan membrana
basalis. Spermatosit II berukuran agak kecil atau setengah dari spermatosit I,
berbentuk bulat, warna intinya lebih kuat, dan terletak makin menjauhi membran
basalis (mendekati lumen). Spermatid berukuran kecil, berbentuk agak oval,
warna intinya kuat, kadang-kadang piknotis,dan
terletak di dekat lumen. (Kholil, 2009).
Menurut beberapa sumber di atas, pembentukan sperma pada awalnya
terjadi di testis, kita tahu bahwa testis merupakan organ reproduksi yang
sangat penting bagi laki-laki karena didalamnya terdapat bagian yang disebut
tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan sel-sel kelamin laki-laki
(sperma) dan menghasilkan hormone testoteron. Testis berbentuk oval dan
berjumlah sepasang dalam testes banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus yang
disebut tubulus seminiferus. Lalu akan disimpan di epididimis yang berfungsi
sebagai penampung sperma sampai sperma matang. Kelenjar testis pada jantan akan
membantu dalam proses spermatogenesis, dan setelah sperma matang sperma siap
utuk dikeluarkan melalui penis.
Di dalam testis terdapat tubulus
semineferus yang didalamnya terdapat sel somatik yaitu sel sertoli dan sel
Leydig yang sangat berperan dalam proses spermatogenesis. Menurut Ilyas (
2007), Ada tipe sel yang berbeda pada testis, yakni sel Sertoli, Leydig,
peritubular myoid dan sel germinal pada beberapa tahap diferensial
spermatogenik. Spermatogenesis sangat tergantung pada komunikasi autokrin dan
parakrin antara tipe sel berbeda dalam testis. Umpan balik negatif testosteron
pada poros hipotalamus-hipofisis-testis merupakan suatu sistem komunikasi penting dari sel testis.
Jadi peran hormon disini sangat penting karea untuk menyeimbangkan perbedaan
antar tipe sel.
Sedangkan menurut Rika (2012), Tubulus
seminiferus merupakan bagian utama dari masa testis (80%) yang merupakan tempat
berlangsungnya spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang mengeluarkan testosteron
(sel leydig) terletak dijaringan ikat antra tubulustubulus seminiferus. Sel
leydig mengandung enzim-enzim dengan konsentrasi tinggi yang diperlukan untuk
sintesis testosteron. Setelah disekresikan testosteron yang baru disekres
diikat oleh ABP yang disekresikan oleh sel sertoli masuk ke lumen tubulus
seminiferus untuk proses spermatogenesis. Testosterone dan FSH memiliki peranan
penting dalam proses spermatogenesis. FSH menstimulus sel sertoli untuk
mensisntesis ABP yang berfungsi mengikat testosterone yang disekresikan oleh
sel leydig untuk dibawa ke lumen tubulus seminiferus yang digunakan dalam
proses spermatogenesis. Penurunan pada kadar FSH dan testosterone menyebabkan
terganggunya proses spermatogenesis bahkan menyebabkan dapat menyebabkan atropi
pada sel-sel spermatogenik.
Menurut penelitian Yoichi Hamagawa
(2007) yang meneliti perkembangan spermatogenesis pada ikan, didapaatkan hasil
sebagai berikut:
1..Periode proliferasi spermatogonium
(Desember-Maret). - Testis itu berisi spermatogonium primer dan sekunder.
Spermatogonium primer memiliki 6,0-10,0 inti mm yang tersebar di sepanjang
wilayah perifer dalam lobulus. Spermatogonium sekunder (3,0-3,5 m) yang lebih
kecil dari spermatogonium primer dan membentuk kista mani. Nilai GSI rata
selama periode ini adalah rendah (rata-rata ± SE = 0,28 ± 0,18; n = 11)
2..Masa pertumbuhan (April-Juni). - Spermatogonia
tumbuh untuk membentuk spermatosit. The spermatosit primer mudah dibedakan
dengan inti yang lebih besar mereka (3,0 mm) yang diwarnai dengan baik dengan
hematoxylin.
3..Periode pematangan awal (Juli sampai awal
Agustus). - Spermatosit dan spermatid kista meningkat. Parasperm juga
meningkat. Mean nilai GSI cepat meningkat menjadi 2,08 ± 0,93 (n = 11).
4. Periode pematangan akhir (akhir Agustus sampai
September). - Sekunder spermatosit dan spermatid kista menduduki testis tetapi
sperma muncul di banyak kista. Kebanyakan kista berisi parasperm. Semen
dikumpulkan dengan lembut meraba perut beberapa laki-laki.
5. Periode pematangan fungsional (Oktober-November).
- Kista pecah dengan sperma dan parasperm yang dilepaskan ke lobulus tersebut.
Di lobulus itu, eusperm cenderung mengelilingi massa parasperm .
6. Periode pemijahan posting (Desember sampai
Februari). - Sperma menghilang tapi parasperm tetap di beberapa bagian.
Spermatogonium terlihat di sepanjang dinding lobulus. Mean nilai GSI adalah
0,18 ± 0,14 (n = 7).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum yang
telah kami lakukan, maka dapat kami simpulkan bahwa:
Spermatogenesis yang terjadi pada testis
jantan memiliki beberapa tahap yakni spermatogonium, spermatosit primer,
spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Spermatogonium berukuran
relatif kecil, berbentuk agak oval, intinya berwarna kurang terang, terletak
berderet didekat atau melekat membrana basalis. Spermatosit I berukuran paling
besar, berbentuk bulat, intinya berwarna kuat, dan letaknya agak menjauh dengan
membrana basalis. Spermatosit II berukuran agak kecil atau setengah dari
spermatosit I, berbentuk bulat, warna intinya lebih kuat, dan terletak makin
menjauhi membran basalis (mendekati lumen). Spermatid berukuran kecil,
berbentuk agak oval, warna intinya kuat, kadang-kadang piknotis,dan terletak di dekat lumen. Spermatozoid
merupakan spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang
muda terdapat di dalam lumen.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. FMIPA UNM:
Makassar.
Ville, Walker, dan Barnes. 1984. Zoology umum edisi
keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildam. 1994. Reproduksi dan Embriologi.
Tarsito: Bandung.
Djuhanda, tatang. 1981. Embriologi Perbandingan.
Armico : Bandung.
Ilyas, Syafruddin. 2007. “ANALYSIS OF PROTEIN FAS EXPRESSION AND CASPASE 3 ACTIVATED AT THE
SUPRESSION PHASE TO SPERM QUANTITY BY
ANDROGEN/PROGESTIN COMBINATION”. Departemen Biologi FMIPA
Universitas Sumatera Utara, Jl. Bioteknologi No. 1,Padang Bulan, Medan 20155.
Vol 2. 2. Hal 45-47. (diakses tanggal 06 Maret 2016 pkl 12.15)
Sri, Wahyuni Rika. 2012. “PENGARUH ISOFLAVON KEDELAI TERHADAP KADAR HORMON TESTOSTERON
BERATTESTIS DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS dan SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus)”. Program Studi Ilmu Biomedik. (diakses tanggal 06 Maret 2016 pkl 12.20)
Hayakawa, Youchi. Dkk. “SPERMATOGENESIS INVOLVING PARASPERM PRODUCTION IN THE MARINE COTTOID
FISH, HEMILEPIDOTUS GILBERTI”. Akihiko Watanabe, Kazuo Onitake Department
of Biology, Faculty of Science, Yamagata University. Koshirakawa 1-4-12,
Yamagata 990-8586, Japan. Vol 2 No 14. Hal 29-35. (diakses tanggal 06 Maret
2016 pkl 12.25)








No comments:
Post a Comment