BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penguapan adalah suatu proses
pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair tersebut ke udara
bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun
disebut sebagai transpirasi.
Transpirasi ini terjadi melalui
daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti
batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui
stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel.
Transpirasi ini biasanya
bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar
hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat akan
pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah praktikum ini
dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk mengetahui
jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-
Bagaimana cara mengetahui hilangnya uap air dari kedua permukaan daun?
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hilangnya uap air dari kedua
permukaan daun.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Transpirasi adalah hilangnya
air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau
lentisel. Ada dua tipe
transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi
secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang
dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif
tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins,
1989).
Kecepatan transpirasi
berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur
besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai
daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah
beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua
penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula
ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang
terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya.
Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo,
1998).
Proses transpirasi ini selain
mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat
mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka
tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui
proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu
menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga
akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar
kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).
Kegiatan transpirasi secara langsung oleh
tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi
sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak
air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan
hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan
relatif dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan
secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya
sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada
makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi
karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar
adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan
karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu
tanaman (Lakitan,
2007).
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua
sel penjaga meningkat (Dartius, 1991). Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air
kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel
yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah.
Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut
dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang
terjadi pada sel semakin rendah (Heddy, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi
antara lain:
1.
Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata
2.
Kelembaban udara sekitar
3.
Suhu udara
4.
Suhu daun tanaman
(Guritno, 1995).
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi
jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering
(kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara
tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku
udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih
didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air
didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Filter,
1991).
Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh
besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan
semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi
stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi
stomata (Dwijoseputro, 1983).
Pembahasan
Pada
percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara
penimbangan. Tumbuhan yang menjadi sampel yaitu tumbuhan Citrus aurantifolia.
Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata tanaman tersebut melakukan proses
transpirasi, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Pada
hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap penimbangan
botol yang berisi air dan tanaman. Pada penimbangan awal didapatkan berat
sebesar 245,5gr, sedangkan pada penimbangan 20 menit ke I, 20 menit ke II, dan
20 menit ke III didapatkan hasil yang besarnya lebih kecil dibandingkan pada
saat penimbangan awal.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.
Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pemberian satu lubang dengan ukuran 2x2 cm,
menghasilkan volume air yang diuapkan sebanyak 5 ml. Perlakuan ke -2 dengan 2
lubang ukuran 2x1 cm dengan volume air yang diuapkan sebanyak 7ml dan empat
lubang dengan ukuran 1x1 cm dapat menguapkan air sebanyak 7,5 ml. Hilangnya air dari tanaman dalam hal ini
transpirasi berhubungan dengan stomata. Lubang stomata yang berbentuk oval
mempunyai kaitan dengan intensitas pengeluaran air. Percobaan fisika
membuktikan bahwa penguapan air yang tidak ditutup sama sekali lebih lambat
daripada penguapan air melalui lubang-lubang selaput yang halus. Dalam batasan terentu, semakin banyak pori, maka
penguapan juga semakin cepat ( Tjitrosomo, 1985). Posisi lubang yang berdekatan menyebabkan penguapan melalui lubang yang
satu terhambat oleh penguapan lubang yang berdekatan, karena jalan yang
ditempuh oleh molekul air yang melewati lubang tidak lurus tetapi
membelok karena pengaruh sel penutup. Bentuk
stomata yang oval juga memudahkan pengeluaran air daripada bentuk stomata yang
bundar. Deretan molekul-molekul air yang kuat lebih banyak jika keliling dari
stomata lebih panjang. Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara
stomata 20 kali diameternya (Dwidjoseputro, 1989). Hasil pengamatan menunjukkan
penguapan air yang paling besar yaitu 7,5 ml untuk perlakuan 4 lubang 1x1 cm
dan yang paling sedikit menguap pada 1 lubang 2x2 cm yaitu 5ml. Hasil
pengamatan tersebut berarti sesuai dengan pendapat di atas.
Transpirasi
dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula
walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim
sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk
stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi (Tjitrosomo, 1985).
Dwidjoseputro
(1989), menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman.
Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral
dari dalam tanah. Transpirasi jiga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan
sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima tanaman digunakan untuk
penguapan air.
Transpirasi
dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang
melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Proses
transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil
basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan.
Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara
luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari
daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu,
dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Kegiatan
transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor
dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan
faktor luar antara lain:
- Kelembaban
Bila daun
mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi
bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
- Suhu
Kenaikan suhu
dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan
turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
- Cahaya
Cahaya
memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
buka-tutupnya stomata.
- Angin
Angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan
udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun
dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
- Kandungan
air tanah
Laju
transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga
terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
(Loveless,1991).
Unsur kalium
sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan menutupnya stomata (stomata
movement) serta transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang
maupun lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara
langsung akan memperlambat proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil
dalam jaringan daun maupun yang behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor
yang sangat penting dalam produksi bahan kering secara umum. Semakin lama
defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk terhadap laju proses
fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya
akan berdampak semakin parah terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003)
Transpirasi
yang terjadi memang dapat merugikan tanaman, namun juga bermanfaat bagi tanaman
antara lain
- Meningkatkan
daya isap daun pada penyerapan air
- Mengurangi
jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
Laju transpirasi tertinggi
dari perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 5,55 x 10-4
gr/dtk. Ini karena tidak adanya faktor penghalang cahaya yang dapat
menghambat radiasi surya (matahari) dimana cahaya matahari sangat mempengaruhi
laju transpirasi, hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross
(1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan
menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi dan
sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.
Laju transpirasi pada
perlakuan cahaya adalah perlakuan dilapisi vaseline dan tanpa daun yaitu
1,66 x 10 -4 gr/dtk. Hal ini disebabkan fungsi vaseline sebagai
lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya
permukaan uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury
dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adapun lapisan lilin akan memperlambat
laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit
berdifusi untuk keluar.
Laju transpirasi pada
perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 3,33x 10-4
gr/dtk, hal ini disebabkan adanya faktor penghalang angin yang dapat
mempengaruhi laju transpirasi dimana dimana angin sangat mempengaruhi laju
transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang
menyatakan bahwa kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor
dalam yang termasuk faktor dalam diantaranya besar kecilnya daun dan jumlah
stomata bentuk dan lokasi stomata serta ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan
daun. Faktor luar yaitu sinar matahari, temperatur kelembapan udara dan
angin.
Laju transpirasi terendah pada
perlakuan angin adalah pada pada perlauan dipotong ½ daun dan tanpa daun yaitu
sebesar 1,66 x 10-4 gr/dtk. Ini karena uap air berdifusi melalui
stomata, sehingga dengan pemotongan ½ daun dan tanpa daun akan
mempengaruhi jumlah stomata akibatnya laju transpirasi semakin lambat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross ( 1992 ) myang menyatakan bahwa
stomata terletak dimana epidermis memungkinkan terjadinya pertukaran gas
antara mesofil dan udara luar. Kebanyakan air yang hilang secara
uap air dari suatu daun dari dinding epidemis karena dalam yang besar dan
mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomatab dan hilang
ke udara melalui stomata.
Pada siang hari tumbuhan
menerima radiasi matahari maka cahaya merupakn proses yang mempengaruhi
penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai
dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan peningkatan suhu yang
berlebihan sangat mengganggu proses metabolisme tubuh. Transpirasi
merupakan proses yang membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan
dari molekul-molekul air.
Angin dapat memacu laju
transpirasi jika udara bergerak melewati petrmukaan daun yang kering . Hal ini
sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa angin dapat pula
mmepengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transp[irasi bila pada
permukaan daun tersebut kering dalam kelembapan nisbih yang rendah dari udara
sekitar tumbuhan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Laju transpirasi
tertinggi pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu 5,55 x
10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi terendah
pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan dilapisi vaseine dan
tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi
tertinggi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu
3,33 x 10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi
terendah pada perlakuan angin adalah pada perlakuan dipotong ½
daun dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk
- Dari perlakuan cahaya dan
angin laju teranspirasi yang tertinggi adalah perlakuan cahaya.
Saran
Sebaiknya pada saat percobaan
laju tarnspirasi, digunakan tanaman pacar air ( Balsamina Imaptient )
yang masih muda dan berbatang hijau.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.
2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia adalah 263,08 cm2.
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.
2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia adalah 263,08 cm2.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.
USU-Press. Medan.
Dwijoseputro, D. 1983.
Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi
Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Sitompul, S. M. dan Guritno.
B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.
Wilkins, M. B. 1989. Fisologi
Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
No comments:
Post a Comment