Wednesday, September 7, 2016

Teori Belajar Melalui Penemuan

Kelompok 4 :
NurAli Efendi               1132060055
Popi Andiani                 1132060059
Rina Maryanti               1132060063
Siti Syahidatulfalah      1132060074

Teori Belajar Melalui Penemuan (discovery learning) Menurut Jerome Bruner
A.    Biografi Jerome S Bruner
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun 1915. Beliau, bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison di Amerika Syarikat. 
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
B.     Konsep Belajar Menurut Jerome Bruner
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh siswa, yaitu: tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi).Dan konsep ini merupakan konsep belajar yang menentang konsep belajar aliran behavioristik. Nasution menjelaskan bahwa ketiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan di antaranya:
1.      tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita proleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya , misalnya tidak ada energi yang lenyap.
2.      tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi itu harus dianalisis , diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
3.      tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
dinilai seberapa besar pengetahuan yang diproleh dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu terjadi,Karena yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi.  Tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada hasil yang diharapkan,  seperti motivasi murid belajar, minat, keinginan mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar dibecrikan dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu : Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan linkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.
C.    Belajar Penemuan  Menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner adalah tokoh yang dikenal banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. dengan teori belajar penemuan (discovery learning).
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Teori free discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman dalam dirinya. Pengalaman dan pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Maka dari itu Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognitif yang sudah dimilki oleh peserta didik.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
 Tahap enaktif pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
 Tahap ikonik pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap simbolik pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu tidak usah ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu, yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Artinya menunutut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar terbaik menurut Bruner  adalah dengan memahami konsep arti, dan suatu kesimpulan  free discovery lerning. Atau dapat dikatangan sebagai belajar dengan menemukan discovery
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:
  1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
  2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
  3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Langkah-langkah discovery learning Untuk Siswa
  1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan gagal di dalam dirinya lni dimulai proses inquiry
  2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual
  3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan yang sebelumnya
  4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu didasarkan
Bruner mengajukan beberapa langkah-langkah pembelajaran discovery learning, yaitu:
  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya)
  3. Memilih materi pelajaran
  4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh kegeneralisasi)
  5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa
  6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai kepada tahap simbolik melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Keistimewaan dan Kelemahan Discovery Learning
Dalam setiap teori pastilah ada keistimeaan dan kelemahan. Begitu juga halnya dengan teori discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan discovery learning itu, antara lain:
1.      Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban.
2.      Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja.
3.      Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain..
4.      Lebih mudah dan cepat ditangkap.
5.      Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
6.      berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik
Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:
1.      Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis murid didominasi hanya menerima dari guru
2.      Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya
3.      Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas coba-coba


praktik kuliah lapangan morfologi tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum kuliah lapangan mata kuliah Morfologi Tumbuhan
Dosen Pembimbing
Tri Wahyu Agustina, M.Pd
 










Oleh :







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014

A.    LATAR BELAKANG
Mahkluk hidup selalu bergantung pada lingkungannya baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik, yang dalam interaksi ini disebut ekosistem. Pada lingkungan yang berbeda dijumpai keanekaragaman hayati yang berbeda pula.
Kondisi lingkungan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan mahluk hidup dan kita dapat melihat adanya variasi berdasarkan tempat (ruang) dan waktu. Bagaimana sebenarnya pengaruh ini berlangsung, secara alamiah lingkungan yang berbeda akan memuat tumbuhan bereaksi dengan cara berbeda. Reaksi ini ada bersifat temporal dan non temporal.Selain itu adanya pengaruh adaptasi (lingkungan tempat hidup) mengakibatkan sifat-sifat karakteristik struktural dan fungsional terlihat seolah-olah direkayasa secara khusus untuk memberikan peluang agar berhasil dalam habitat tertentu. Sifat-sifat karakteristik merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan. Jenis-jenis tumbuhan kecenderungan untuk berkelompok membentuk masyarakat tumbuhan atau komunitas tumbuhan yang disebut vegetasi. Dalam mempelajari struktur dan komposisi suatu vegetasi digunakan pendekatan yang dikembalikan kedalam sifat dasar komunitas itu sendiri, yaitu keadaan individu-individu tersebut kita dapat menggambarkan karakteristik komunitas dengan baik. Dengan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan biotik dan biotik ini menghasilkan pola-pola atau sebaran pada habitat dimana yang ditempatinya.
Tumbuhan dan hewan di bumi ini sangat beranekaragam, sehingga ada karakteristik untuk tumbuhan dan hewan agar bisa diklasifikasi.
Adapun pada tumbuhan memiliki yaitu dapat memproduksi makanannya sendiri.
Banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lahir dari hasil keanekaragaman makhluk hidup. Salah satunya ialah Morfologi Tumbuhan, begitu juga dengan tumbuhan yang sudah mempunyai ilmu tersendiri baik dari segi struktur luar tubuhnya (morfologi tumbuhan) atau pun bagian dalam tumbuhan (fisiologi tumbuhan) yaitu anatomi tumbuhan.
Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi. Kesempurnaannya memungkinkan manusia menguasai illmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat memanfaatkan secara optimal dan merekayasa sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Namun dalam aspek akhlak ada dua potensi dalam pada manusia, yaitu dalam hal ini pemanfaatan alam dengan menjaga kelestariannya atau melakukan eksploitasi alam tanpa memperdulikan akibatnya terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem yang mempengaruhi kehidupan, termasuk manusia sendiri.
Maka dapat dipahami, sebagai khalifah di muka bumi, Allah SWT memerintahkan manusia untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi, dengan cara memanfaatkan alam seraya tetap menjaga keseimbangan ekosistemnya. Filsafat hidup orang Minangkabau menyatakan bahwa “Bergurulah umat manusia kepada alam”. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dari alam dan lingkungannya dan mempelajari segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Dalam interaksi dengan lingkungannya, setiap manusia harus mampu menyesuaikan diri secara harmonis.
Praktikum lapangan sesunguhnya merupakan bentuk penelitian di lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru.
Alam merupakan laboratorium yang sangat baik dan lengkap. Maka pengetahuan keanekaragaman persebaran dan kelimpahan hewan dan tumbuhan akan lebih bermakna jika disertai dengan pengamatan lapangan secara langsung. Oleh karena itu PKL merupakan wahana mahasiswa untuk memperdalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan adanya PKL tersebut mahasiswa dapat melakukan perivikasi berbagai teori dalam keanekaragaman makhluk hidup. Selain itu, dengan terjun langsung ke lapangan maka dapat diamati habitan asli semua spesies dan hewan.

B.     METODE
Dalam praktik kuliah lapangan ini, mahasiswa mengamati secara langsung objek tanaman untuk dipelajari karakteristik morfologinya. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan untuk kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.



C.     TABEL HASIL PENGAMATAN

No
Akar
Morfologi Daun
Morfologi Bunga
Morfologi Buah
Penjelasan singkat kehidupan tumbuhan
Pandannus tectorius
1.
Jenis akar : Akar tunjang
Fungsi : Untuk menopang batang tumbuhan ini agar tidak sampai merebah
Gambar :
Jenis daun : Tunggal dan tidak lengkap
Bentuk daun : bangun pita
Margin : bergerigi (serratus)
Ujung daun : Runcing (acutus)
Basal daun : Rompang/rata
(Trancatus)
Tulang daun : tidak terdapat vena
Gambar :
Jenis bunga : majemuk , tidak sempurna
Jumlah mahkota : 15
Jumlah kelopak : -
Jumlah benang sari : -
Jumlah putik : -
Letak ovarium :
Simetri : zygomorphus
Rumus bunga :
Gambar :

sumber :  http://wildlifeofhawaii.com

Jenis buah : buni , majemuk, dry
Perkembangan bakal buah : sesungguhnya
Gambar :
Sumber : http://wildlifeofhawaii.com
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Pandanales
Famili:
Pandanaceae
Genus:
Pandanus
Spesies: Pandanus tectorius

Sejarah : Pandannus tectorius atau disebut juga Pandan Laut banyak di jumpai dan menjadi pemandangan umum di Hawaii. Asal mula tanaman ini dari Australia Timur dan Kepulauan Pasifik.

Perkembangbiakkan : Pandan Laut beradaptasi dengan baik di daerah pesisir dengan cahaya matahari penuh. Pohonnya besar dan dapat mencapai 15 meter, panjang daun biasanya 4-8meter. Pada ketinggian empat meter, batangnya tumbuh tunggal, setelah itu tumbuh cabang-cabang.
Kegunaan : dipergunakan secara luas untuk produksi tenun, makanan, dan
obat-obatan. Bisa juga dipergunakan untuk membuat kerajinan atau ornamen, dan bahan pewarna alami. Biji dan buahnya dapat dimakan mentah atau dimasak. Daunnya dapat digunakan sebagai penyedap masakan. 
2.
Jenis akar : Akar tunggang
Fungsi : Untuk memberi kekuatan yang besar pada batang dan memperluas daerah perlekatan
Gambar :

Jenis daun : Tunggal dan tidak lengkap
Bentuk daun : memanjang
Margin : bergerigi (serratus)
Ujung daun : meruncing  (acuminatus)
Basal daun : membulat
Tulang daun : terdapat vena, costa dan nervus lateralis
Gambar :
Jenis bunga : Bunga banci
Jumlah mahkota :
Jumlah kelopak :
Jumlah benang sari :
Jumlah putik :
Letak ovarium :
Simetri : Actinomorphus
Rumus bunga :
Gambar :
Jenis buah :
Perkembangan bakal buah :
Gambar :
Klasifikasi :

Sejarah : Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas ( Golden Flower ) berasal dari dataran Cina... Krisan kuning berasal dari dataran Cina,,, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning),,, C. Morifolium ( ungu dan pink ) dan C. Daisy ( bulat,,, ponpon )... Di Jepang abad ke - 4 mulai membudidayakan krisan,,, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East... Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795... Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris... Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17... Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800... Sejak tahun 1940,,, krisan dikembangkan secara komersial...

Perkembangbiakkan :

Kegunaan : Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias dan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga


















D.    KESIMPULAN


1.       

biologi

Teori Belajar Melalui Penemuan

Kelompok 4 : NurAli Efendi               1132060055 Popi Andiani                 1132060059 Rina Maryanti               1132060063 ...