Tuesday, February 5, 2019

makalah spermatogenesis

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
            Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Spermatogenesis” ini sebagai tugas dari mata kuliah Reproduksi dan Embriologi tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pengampu mata kuliah Reproduksi dan Embriologi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini  dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam makalah ini, bisa menjadi pelajaran dan menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri.
Kritik dan saran yang bertujuan membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang hati, untuk penulisan Makalah yang lebih baik lagi.


                                                                                                Bandung, 9 Mei 2016

Penulis                           


DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

          Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.Rumusan Masalah

A.     Rumusan Masalah

1.     Bagaimana pengertian Spermatogenesis?
2.     Bagaimana tahap – tahap dari Spermatogenesis?
3.     Apa sajakah faktor – faktor yang mempengaruhi spermatogenesis ?
4.     Hormon apa sajakah yang berperan dalm proses pembentukan spermatozoa?

B.     Tujuan

1.      Mengetahui pengertian Spermatogenesis
2.      Mengetahui tahap – tahap dari Spermatogenesis
3.      Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi spermatogenesis
4.      Mengetahui Hormon yang berperan dalm proses pembentukan spermatozoa

BAB II

PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN SPERMATOGENESIS

            Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1994).
            Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
             Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
            Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian besar protoplasma merupakan gamet dewas dengan sejumlah kromosom haploid . suatu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel, mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsiolnal (Ville, 1984).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia merangsang spermatogenesis.produksi testosterone oleh sel leydig diatur oleh hormon gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial Cell Simulating Hormone (ICSH) (Adnan, 2008).
Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini yaitu mempelajari perkembangan atau diferensiasi sel sperma, komponen sel somatik yang berperan dalam proses spermatogenesis, kompartemen testis, serta asosiasi sel dan siklus epitelium seminiferus, dan manfaat yang bisa kita ambil adalah bisa digunakan untuk analisis dan diagnosis testis serta korelasinya dengan tingkat fertilitas hewan jantan.

B.     TAHAP – TAHAP SPERMATOGENESIS

Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.berikut adalah skema tahapan spermatogenesis :
a.       Penjelasan skema tahap spermatogenesis :
1.      Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
2.      Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
3.      Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit sekunder (n)
4.      Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n)
5.      Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
6.      Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra dan berakhir dengan ejakulasi.




b.      Struktur sperma matang terdiri dari :
1.      Kepala
                Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari acrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi
2.      Leher
                Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3.      Badan
                Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4.      Ekor
                Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma. Gerakan maju mundur ekor (gerakan flagela) memberikan motilitas pada sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal sevara ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Energi untuk proses ini disuplai dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang disintesis oleh mitokondria di badan ekor (Guyton, 1997)
               Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang / mature sehingga siap bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
Menurut Ingusti (2010) Pengaruh infus kayu amargo terhadap kualitas spermatozoa menunjukkan hasil sebagai berikut untuk rata-rata motilitas, viabilitas dan morfologi spermatozoa berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05) dan antar waktu pengamatan (P<0,05)
                Pada pengamatan I (35 hari setelah pemberian infus) terjadi penurunan rata-rata persentase motilitas, viabilitas dan morfologi normal spermatozoa mencit dengan semakin besarnya dosis infus kayu amargo yang diberikan. Rata-rata persentase spermatozoa motil, viabel dan normal menurun sedangkan non-motil, nonviabel dan spermatozoa abnormal meningkat . Persentase spermatozoa motil dalam penelitian ini didapatkan hasil A(75,56); B(76,07); C(70,74); D(61,74); E(41,30). Persentase spermatozoa viabel dalam penelitian ini didapatkan hasil A(74,59); B(74,19); C(68,89); D(58,11); E(42,11). Persentase spermatozoa normal dalam penelitian ini didapatkan hasil A(78,30); B(79,37); C(74,74); D(64,85); E(55,07). menunjukkan berbagai kelainan morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan infus kayu amargo.
               Perbedaan yang nyata juga terlihat antara pengamatan I dan pengamatan II. Pada pengamatan II, yaitu 14 hari setelah perlakuan dihentikan, pengaruhnya semakin berkurang sehingga terjadi peningkatan kembali ratarata persentase motilitas, viabilitas, dan morfologi spermatozoa.

C.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
  1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
  2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
  3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
  4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.

D.    KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS

1.      Nondisjunction
                   Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.‡
2.      Sperma berkepala dua
                   Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
3.      Sperma tanpa akrosom
4.              Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen . Paling sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat , merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi sperma .‡
5.      Azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia  terjadi karena adanya obstruksi saluran reproduksi / vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).
Menurut kartini (2013) Kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari duktus deferens dan epididimis kucing menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan pada suhu 40C. Preservasi duktus deferens dan epididimis dalam larutan PBS pada suhu 40 C sampai hari ke-6 masih mampu mempertahankan kualitas spermatozoa kucing, dan masih memenuhi syarat digunakan dalam fertilisasi mikro untuk produksi embrio in vitro.
Dari satu spermatosit I akan menghasilkan dua spermatosit II dan nantinya akan mengalami pembelahan meiosis II dan masing-masing menghasilkan dua spermatid. Kemudian spermatid akan berdiferensiasi dan berubah bentuk (transformasi) menjadi spermatozoid. (Tatang Djuhanda. 1981).





BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
            Adapun strukturnya adalah:
1.      Kepala
2.      Leher
3.      Badan
4.      Ekor
           
            Kecacatan pada spermatogenesis:
1.      Nondisjunction
2.      Sperma berkepala dua
3.      Sperma tanpa akrosom
4.      Oligospermia
5.      Azoospermia

 



DAFTARPUSTAKA

Ø Guyton, M.D. dan Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ø  Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. FMIPA UNM: Makassar.
Ø  Ville, Walker, dan Barnes. 1984. Zoology umum edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ø  Yatim, Wildam. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.
Ø  Djuhanda, tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico : Bandung.
Ø  Kartini Eriani, dkk. 2013. Produksi Embrio Kucing Secara In Vitro Dari Spermatozoa Hasil Preservasi Melalui Fertilisasi Mikro In Vitro Development Of Cat Embryos From Preserved Sperm By Micro Fertilization. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Ø  Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti, Ni Made Rai Suarni. 2010. Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Perlakuan Infus Kayu Amargo (Quassia Amara Linn.) Dan Pemulihannya. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran


 

biologi

Teori Belajar Melalui Penemuan

Kelompok 4 : NurAli Efendi               1132060055 Popi Andiani                 1132060059 Rina Maryanti               1132060063 ...