KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya
dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan
amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Spermatogenesis” ini sebagai tugas dari mata kuliah Reproduksi dan Embriologi
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
selaku dosen pengampu mata kuliah Reproduksi dan Embriologi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap
agar apa yang tercantum dalam makalah ini, bisa menjadi pelajaran dan menambah
wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri.
Kritik dan saran
yang bertujuan membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang
hati, untuk penulisan Makalah yang lebih baik lagi.
Bandung,
9 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembentukan
dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di
tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel
induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli
berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.Rumusan Masalah
A. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian
Spermatogenesis?
2.
Bagaimana tahap –
tahap dari Spermatogenesis?
3.
Apa sajakah faktor –
faktor yang mempengaruhi spermatogenesis ?
4.
Hormon apa sajakah
yang berperan dalm proses pembentukan spermatozoa?
B. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
Spermatogenesis
2.
Mengetahui tahap – tahap dari
Spermatogenesis
3.
Mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi spermatogenesis
4.
Mengetahui Hormon yang berperan dalm
proses pembentukan spermatozoa
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma
yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung
secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan
diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1994).
Spermatogenesis
terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus
seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan
epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi
member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat
pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada
proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium
benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis
umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah
untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus
seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium
menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah
menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar yang kemudian mengalami
pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini
yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian besar protoplasma merupakan gamet dewas
dengan sejumlah kromosom haploid . suatu proses pertumbuhan dan diferensiasi
yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel, mengubah spermatid menjadi
sperma yang fungsiolnal (Ville, 1984).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu
tostesteron. Tostesteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau
sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara tubulus seminiferus testis.
Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia merangsang
spermatogenesis.produksi testosterone oleh sel leydig diatur oleh hormon
gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial
Cell Simulating Hormone (ICSH) (Adnan, 2008).
Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini yaitu mempelajari
perkembangan atau diferensiasi sel sperma, komponen sel somatik yang berperan
dalam proses spermatogenesis, kompartemen testis, serta asosiasi sel dan siklus
epitelium seminiferus, dan manfaat yang bisa kita ambil adalah bisa digunakan
untuk analisis dan diagnosis testis serta korelasinya dengan tingkat fertilitas
hewan jantan.
B. TAHAP – TAHAP SPERMATOGENESIS
Pada
testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.berikut adalah skema
tahapan spermatogenesis :
a.
Penjelasan skema tahap spermatogenesis :
1.
Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon
sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
2.
Setiap spermatogonia melakukan pembelahan
mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang
siap miosis.
3.
Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan
meiosis pertama membentuk 2 spermatosit sekunder (n)
4.
Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan
meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n)
5.
Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma
matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan
oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
6.
Sperma yang matang akan menuju epididimis ,
kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra dan berakhir dengan
ejakulasi.
b.
Struktur sperma matang terdiri dari :
1.
Kepala
Pada bagian ini
sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk
lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari acrosin dan
hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan
sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin
dalam masalah reproduksi
2.
Leher
Daerah ini merupakan
bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament
poros.
3.
Badan
Bagian badan dari
sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk
cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma
karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan
transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam
bentuk ATP.
4.
Ekor
Ekor sperma
memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak
sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat
2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia
tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan
fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma. Gerakan
maju mundur ekor (gerakan flagela) memberikan motilitas pada sperma. Gerakan
ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal sevara ritmis di antara
tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Energi untuk proses ini
disuplai dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang disintesis oleh mitokondria
di badan ekor (Guyton, 1997)
Berikut adalah
penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan
kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan
yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan
disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis
ini agar sperma menjadi matang / mature sehingga siap bergerak ke vas deferens
.Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di
dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ,
kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma
dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan
dikeluarkan ketika ejakulasi.
Menurut Ingusti (2010) Pengaruh infus kayu amargo terhadap kualitas
spermatozoa menunjukkan hasil sebagai berikut untuk rata-rata motilitas,
viabilitas dan morfologi spermatozoa berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05)
dan antar waktu pengamatan (P<0,05)
Pada pengamatan I (35 hari setelah pemberian
infus) terjadi penurunan rata-rata persentase motilitas, viabilitas dan
morfologi normal spermatozoa mencit dengan semakin besarnya dosis infus kayu
amargo yang diberikan. Rata-rata persentase spermatozoa motil, viabel dan
normal menurun sedangkan non-motil, nonviabel dan spermatozoa abnormal
meningkat . Persentase spermatozoa motil dalam penelitian ini didapatkan hasil
A(75,56); B(76,07); C(70,74); D(61,74); E(41,30). Persentase spermatozoa viabel
dalam penelitian ini didapatkan hasil A(74,59); B(74,19); C(68,89); D(58,11);
E(42,11). Persentase spermatozoa normal dalam penelitian ini didapatkan hasil
A(78,30); B(79,37); C(74,74); D(64,85); E(55,07). menunjukkan berbagai kelainan
morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan infus kayu amargo.
Perbedaan yang nyata
juga terlihat antara pengamatan I dan pengamatan II. Pada pengamatan II, yaitu
14 hari setelah perlakuan dihentikan, pengaruhnya semakin berkurang sehingga
terjadi peningkatan kembali ratarata persentase motilitas, viabilitas, dan morfologi
spermatozoa.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
- Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
- Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
- Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
- Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
D. KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS
1. Nondisjunction
Misalnya pada SyndromTurner.
Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak mendapatkan kromosom Y;
terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga sperma yang
dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai kromosom
kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.‡
2. Sperma berkepala dua
Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal.
Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin
dapat menekan pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja,
tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang
abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
3.
Sperma tanpa akrosom
4.
Oligospermia
Oligospermia
adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen . Paling
sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat
, merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan
pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan
seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali
terutama pada saat wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas
pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi sperma .‡
5. Azoospermia
Azoospermia
adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia
ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia terjadi karena adanya obstruksi saluran
reproduksi / vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis
memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).
Menurut kartini
(2013) Kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari duktus deferens dan epididimis
kucing menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan pada suhu 40C.
Preservasi duktus deferens dan epididimis dalam larutan PBS pada suhu 40
C sampai hari ke-6 masih mampu mempertahankan kualitas spermatozoa kucing, dan
masih memenuhi syarat digunakan dalam fertilisasi mikro untuk produksi embrio
in vitro.
Dari satu spermatosit I akan
menghasilkan dua spermatosit II dan nantinya akan mengalami pembelahan meiosis
II dan masing-masing menghasilkan dua spermatid. Kemudian spermatid akan
berdiferensiasi dan berubah bentuk (transformasi) menjadi spermatozoid. (Tatang
Djuhanda. 1981).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis terjadi di testis.
Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri
dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel –
sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada
spermatozoa. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional.
Adapun
strukturnya adalah:
1.
Kepala
2.
Leher
3.
Badan
4.
Ekor
Kecacatan
pada spermatogenesis:
1. Nondisjunction
2. Sperma berkepala dua
3.
Sperma tanpa akrosom
4.
Oligospermia
5. Azoospermia
DAFTARPUSTAKA
Ø Guyton, M.D. dan Hall, J.E. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ø
Adnan.
2008. Perkembangan Hewan. FMIPA UNM:
Makassar.
Ø
Ville,
Walker, dan Barnes. 1984. Zoology umum
edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ø
Yatim,
Wildam. 1994. Reproduksi dan Embriologi.
Tarsito: Bandung.
Ø
Djuhanda,
tatang. 1981. Embriologi Perbandingan.
Armico : Bandung.
Ø Kartini Eriani, dkk. 2013. Produksi Embrio Kucing Secara In Vitro Dari
Spermatozoa Hasil Preservasi Melalui Fertilisasi Mikro In Vitro Development Of
Cat Embryos From Preserved Sperm By Micro Fertilization. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi,
dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Ø Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti,
Ni Made Rai Suarni. 2010. Kualitas
Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Perlakuan Infus Kayu Amargo
(Quassia Amara Linn.) Dan Pemulihannya. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran